Sumber Kambang Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan DahaMata Air Tak Pernah Surut

  • Bagikan

PASURUAN ( siaptv.com )  – DARI air terjun Gumandar di lereng Gunung Arjuno, mengalir sungai bawah tanah. Airnya kemudian nyumber, menjadi Sumber Kambang yang ada di Dusun Beji Ledok, Desa Sumbersuko, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Hingga kini, volume air Sumber Kambang stabil. Bahkan, sejak zaman Kerajaan Daha.

Warga Dusun Beji Ledok di Desa Sumbersuko, Kecamatan Purwosari, sudah lama mengenal Sumber Kambang. Mata air ini dipercaya sudah lama ada. Sejak zaman Kerajaan Daha.

 

Namun, debit airnya selalu stabil hingga sekarang. Bahkan, saat musim kemarau tiba.

Bukan tanpa sebab. Warga percaya, mata air di Sumber Kambang berasal dari aliran sungai bawah tanah Air Terjun Gumandar di lereng Gunung Arjuno. Air Terjun Gumandar sendiri hingga kini terjaga keberadaannya.

Di Sumber Kambang juga, pembabat alas Dusun Beji yaitu Mbah Junggo biasa bermeditasi. Mbah Junggo sendiri berasal dari Kerajaan Daha. Dia lari dari Daha dan sempat tinggal di Gunung Kawi sebelum kemudian menetap di Dusun Beji.

“Sumber air ini dulunya tempat meditasi Mbah Junggo, salah seorang yang membabat Dusun Beji Ledok. Asalnya dari Kerajaan Daha,” terang Oki, 40, pemuda setempat sekaligus pengelola Sumber Kambang kepada awak media, Minggu (29/10/2022).

Nama Sumber Kambang sendiri tidak lepas dari Gumandar. Dahulu ada seorang lelaki tua sakti yang berkelana ke Gumandar di lereng Gunung Arjuno. Sesampainya di sana, dia menemukan aliran sungai. Lelaki itu lantas melempar sekem.

“Ternyata sekem yang dilempar kemudian ditemukan di sumber air ini. Sehingga disebutlah Sumber Kambang hingga sekarang. Karena itu juga, warga mempercayai mata air ini merupakan aliran sungai bawah tanah dari Gumandar,” tuturnya.

Sumber Kambang sendiri selalu ramai didatangi warga. Baik dari Pasuruan, juga sekitarnya. Seperti Malang, Surabaya, Sidoarjo, dan sejumlah daerah lain.

Biasanya, pengunjung datang untuk mandi. Banyak juga yang melakukan ritual pengobatan. Terutama pada malam Jumat Kliwon dan malam Jumat Wage. Air Sumber Kambang yang sangat jernih dipercaya mujarab menyembuhkan penyakit.

“Pagi sampai sore hari biasanya pengunjung yang datang hanya bertujuan mandi. Kalau datang tengah malam, umumnya mandi sekaligus ritual. Paling sering ya ritual untuk pengobatan,” ungkapnya.

Di Sumber Kambang sendiri, ada banyak pancuran yang muncul dari bebatuan di sekitarnya. Juga terdapat tandon air yang dibangun pada zaman Belanda dan kini dimanfaatkan oleh PDAM.

Selain itu, ada dua kolam atau jedingan untuk mandi. Masing-masing untuk pria dan wanita. Sementara air buangan dari kolam dialirkan ke sawah di sekitar Sumber Kambang untuk irigasi. Karena itulah, persawahan yang ada di Dusun Beji Ledok subur dan merupakan lumbung padi di Desa Sumbersuko.

“Selain dua jedingan itu, juga ada jedingan Sumber Towo. Inilah yang digunakan untuk ritual, karena dipercaya bisa untuk pengobatan atau menyembuhkan penyakit,” jelasnya.

PH Air Tinggi, Bisa Langsung Diminum

Lokasi Sumber Kambang sangat mudah dijangkau. Dari kantor Desa Sumbersuko jaraknya hanya sekitar 200 meter. Sedangkan dari jalan nasional jurusan Malang–Surabaya sekitar 1,5 kilometer melewati jalan aspal dan paving.

Lokasinya yang mudah dijangkau membuat Sumber Kambang juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan minum sehari-hari. Banyak warga yang mengambil air dari pancuran yang ada di antara kolam ikan dan tandon air.

Biasanya, warga mengambil air menggunakan galon atau jeriken. Ada juga yang menggunakan botol plastik atau tempat lain.

“Saya dan warga lainnya mengambil air di Sumber Kambang untuk minum. Tanpa dimasak, Alhamdulillah bisa langsung diminum. aman,” ucap Ridwan, perangkat Desa Sumbersuko.

Udin, seorang pemuda Dusun Beji Ledok adalah salah satu yang mengambil air di Sumber Kambang untuk kebutuhan minum. Dia datang dengan membawa galon. Sesampainya di lokasi, galon itu diisinya dengan air dari salah satu pancuran yang ada.

“Dari dulu sampai sekarang kami mengambil air dari Sumber Kambang untuk diminum sekeluarga. Airnya segar, tanpa dimasak bisa langsung diminum. Perut juga baik-baik saja,” katanya.

Oki (40) pengelola Sumber Kambang mengatakan, pihaknya sudah pernah menguji kandungan air dari Sumber Kambang di laboratorium. Dan hasilnya, kadungan PH air tinggi.

“PH-nya sekitar delapan. Karena itu, airnya dikonsumsi warga untuk minum. Dengan PH delapan, air di sini memang cocok untuk pengobatan. Seperti yang dilakukan warga selama ini,” ungkapnya.

Ada Batu Kursi untuk Ritual Pamor Drajat

Sumber Kambang dilengkapi sejumlah fasilitas yang memungkinkan pengunjung merasa nyaman. Tidak hanya kolam pemandian, tandon air, dan kolam untuk ritual. Ada juga areal parkir kendaraan untuk motor dan mobil. Serta kedai kopi dan aneka camilan.

Di sana juga terdapat batu menyerupai kursi. Lokasinya berada di antara pepohonan beringin di sekitaran sumber air.

“Kami menyebutnya batu kursi, karena menyerupai kursi. Hanya sebagian kecil saja orang yang tahu,” cetus Oki, 40, pemuda setempat sekaligus pengelola Sumber Kambang.

Selain kolam Sumber Towo untuk ritual pengobatan, batu kursi ini juga dijadikan sebagai jujukan ritual untuk pamor drajat atau menaikkan drajat. Mereka yang melakukan ritual cukup duduk di batu kursi itu.

“Di Indrokilo (Dayurejo, Prigen) ada batu kursi tempat petilasan Bung Karno. Di Sumber Kambang ini juga ada batu kursi yang sama. Dulunya juga menjadi tempat Mbah Junggo dan orang sakti lainnya bersemedi,” katanya.

Ke depan, Pemdes Sumbersuko berencana menjadikan Sumber Kambang sebagai destinasi wisata alam sekaligus religi. “Rencana ke depan memang Sumber Kambang akan kami kemas menjadi wisata religi juga. Ini dalam proses, mudah-mudahan bisa terealisasi,” terang Kades Sumbersuko Susilo Hadi. (Tim)

  • Bagikan